
Penelitian Sumber Informasi Kebijakan Kesehatan
Banda Aceh, Senin tanggal 15 November 2021 bertempat di Grand Permata Hati Hotel Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh melakukan kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian yang dihadiri sebanyak 80 peserta.
Kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian Balai Litbangkes Aceh adalah salah satu rangkaian kegiatan rutin yang bertujuan untuk memberikan informasi yang diperoleh dari penelitian yang sudah dilakukan pada tahun 2020 dan tahun 2021.
Dalam kegiatan ini turut hadir perwakilan dari Dinas Kesehatan Propinsi Aceh, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar dan perwakilan dari Puskesmas di wilayah Kabupaten Aceh Besar. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh Dr. Fahmi Ichwansyah, SKp, MPH.
Dalam pembukaan dan arahannya Dr. Fahmi Ichwansyah, S.Kp, MPH menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat penting dalam upaya penyebaran informasi terkait hasil penelitian yang sudah dilakukan.
Ada tiga hasil penelitian yang dilakukan yaitu dari penelitian Gambaran Implementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Kab. Aceh Besar propinsi Aceh Tahun 2020, Evaluasi Pasca Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh, dan Gambaran PMO (Pengawas Menelan Obat) dalam Mengurangi Kejadian TB Paru di Aceh Utara yang masing-masing disampaikan oleh Fitrah Wahyuni, S. Si, Apt., Nur Ramadhan, Ners, M. Kep dan Zain Hadifah, M. Sc.
Dalam paparannya Fitrah menyampaikan bahwa dari data penelitian terdiri dari kelompok usia lanjut dan produktif, myaoritas perempuan, sebagian besar tidak bekerja atau ibu rumah tangga, menderita hipertensi lebih tinggi daripada DM.
Fitrah juga menyampaikan bahwa Puskesmas di wilayah Aceh Besar sudah melaksanan kegiatan Prolanis diantaranya konsultan medis, edukasi kelompok, reminder melalui SMS, aktivitas klub, pemantauan status kesehatan dan home visit.
Sedangkan Nur Ramadhan dalam paparannya menyampaikan bahwa dinamika transmisi filariasis terjadi bila ada agent (cacing filarial), vektor (nyamuk), host (manusia atau hewan) dan faktor lingkungan.
Pada wilayah yang filariasis bersifat zoonosis maka transmisi filariasis oleh vektor dapat terjadi dari manusia ke reservoir dan sebaliknya sehingga keberadaan reservoir sangat mempengaruhi penularan filariasis.
Hewan yang sudah terkonfirmasi sebagai reservoir filariasis di Provinsi Aceh adalah kucing, lutung dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Berdasarkan hasil penelitian oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Kabupaten Aceh Barat tahun 2021 belum didapatkan faktor yang akan mempengaruhi (menghambat) keberhasilan program penilaian pasca pengobatan masal (TAS-1) yang akan dilaksanakan pada tahun 2022.
Keberhasilan Pemberian Obat Pencegahan Masal (POPM) Filariasis juga dipengaruhi oleh pengetahuan, perilaku dan dukungan keluarga.
Sementara Zain dalam paparannya menyampaikan bahwa dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dorongan yang diberikan oleh PMO adalah keteraturan minum obat sesuai jadwal dan dosis yang diberikan, berhenti merokok, isitirahat yang cukup, harus sembuh karena anak masih kecil dan makan makanan yang bergizi.
Zain menyarankan bahwa adanya wadah yang difasilitasi oleh pemerintah daerah atau organisasi yang diharapkan oleh masyarakat (PMO) dalam rangka membantu pencegahan Tuberkulosis yang dharapkan saling bertukar informasi dan kegiatan pengembangan untuk memotivasi pasien dan menjamin keteraturan menelan obat dan adanya apresiasi bagi PMO yang aktif.
Dalam penutupannya Kepala Balai Litbang Kesehatan Aceh, Dr. Fahmi Ichwansyah, S.Kp, MPH menyampaikan bahwa hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai dasar suatu pemikiran dalam melaksanakan program kedepan, kita tahu persis bahwa tahun ini kemenkes telah melakukan revisi terhadap Renstra, tentunya renstra ini mempunyai target sasaran yang baik.
Tentunya hal ini akan menjadi PR bagi semua dalam mewujudukan renstra kementerian kesehatan.
Leave a reply